Kebersamaan di SD IT Mutiara Azzam Palembang
Menyadari hal diatas, dalam menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain, manusia harus menjunjung tinggi prinsip simbiosis mutualisme (hubungan yang saling menguntungkan). Dan hubungan yang semata-mata hanya untuk memperoleh ridha Allah SWT. Bukan hanya untuk tujuan tetentu yang hanya menguntungkan diri sendiri. Karena bila demikian, ikatan tersebut tidakakan kekal. Persahabatan itu akan hilang seiring tergapainya tujuan yang diinginkannya. Sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, “Sesungguhnya siapa saja yang senang kepadamu karena adanya keinginan, maka ia akan berpaling darimu jika telah tercapai keinginannya”.
Nabi
Muhammad SAW pernah mengibaratkan ikatan persahabatan antar dua orang
muslim dengan kedua belah tangan. Beliau tidak memakai perumpamaan lain
karena jalinan hubungan antar kedua tangan sangat cocok untuk
dijadikan, ibarat dalam menjalani hubungan sesama manusia. Kita bisa
melihat bagaimana kedua belah tangan saling membantu satu sama lain
dalam usaha menggapai tujuan. Keduanya bersatu padu dalam mewujudkan
tujuan. Keduanya melebur menjadi satu untuk mencapai tujuan yang sama.
Selain
itu, seseorang dalam bergaul juga dituntut untuk selalu menampakkan
wajah ceria. Mengucapkan salam jika bertemu. Memaafkan bila terjadi
kekeliruan. Saling memberi nasihat. Sama-sama mendo’akan karena do’a
seseorang untuk temannya mudah terkabulkan. (HR. Muslim). Dan yang paling sulit adalah saling mengorbankan harta benda yang dimilki. Imam Al-Ghazaali membagi
3 jenis sikap manusia dalam memberikan pengorbanan terhadap orang
lain. Pertama, memposisikan teman sebagaimana hamba sahaya atau budak.
Dalam arti selalu memenuhi kebutuhannya meskipun tanpa diminta. Kedua,
memposisikannya seperti diri sendiri. Sehingga apa yang dimilki rela
untuk digunakan bersama. Ketiga, tingkatan tertinggi dalam pengorbanan.
Yaitu selalu mengutamakan kepentingannya dari pada kepentingan sendiri.
